Kamis, 31 Mei 2012

softskill bahasa inggris bisnis 2 (tulisan 9)

 Dilema Negeri Surga Para Perokok

 

Lagi-lagi Indonesia jadi sorotan dunia. Kali ini terkait peringkat Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok tertinggi di kawasan ASEAN, yakni sebanyak 1.085 batang/kapita/tahun. Angka ini menggungguli Vietnam yang tercatat mengkonsumsi 1.001 batang/kapita/tahun. Bahkan hampir 1/3 lebih banyak dari Filipina dengan jumlah perokok hanya 838 batang/kapita/tahun. Tembakau, meski tidak selalu diolah sebagai rokok, nyatanya memang identik dengan produksi rokok. Padahal harga rokok di Indonesia paling mahal jika dibandingkan dengan negara lain. Sementara, pendapatan perkapita Indonesia hanya 4293 dolar AS.

Mantan Menteri Kesehatan periode 1994-2004, Dr. Achmad Sujudi SpB MHA menegaskan kebijakan pengendalian tembakau di Indonesia tertinggal dari negara lain. Walaupun aktif dalam penyusunan Framework of Convention on Tobacco Control (FCTC), namun Indonesia satu-satunya anggota ASEAN yang tidak menandatangani FCTC. Sementara di negara lain yang lebih dari 30 persen penduduknya kecanduan rokok, seperti Rusia, Jepang, China dan India lebih memperketat peraturan perdagangan rokok di dalam negerinya. Antara lain dengan melarang orang merokok di tempat umum, melarang pedagang rokok menjual rokok kepada anak di bawah 18 tahun dan melarang iklan rokok. Bahkan Amerika juga melarang rokok dicampuri bahan-bahan kimia lain termasuk cengkeh.

Sudah regulasinya lemah, kebiasaan masyarakat untuk merokok makin menggila pula. Hal itu dibuktikan dengan prevalensi merokok pada usia remaja yang kian mengkhawatirkan. Sujudi mengatakan, dari jumlah keseluruhan perokok di Indonesia, mereka mulai merokok pada rentang usia 13-15 tahun sebesar 23,9 persen. Bahkan prevalensi perokok wanita yang konon sangat tabu merokok, makin menunjukkan nilai yang signifikan, yakni 1,9 persen. Belum lagi ditambah fenomena gunung es tentang balita perokok yang baru-baru ini bermunculan dimana-mana. Tengoklah IH (8 tahun) asal Sukabumi (Jawa Barat), MDA (4,5 tahun) asal Garut (Jawa Barat) dan 3 balita lain yang tercatat Komnas Perlindungan Anak yaitu dari Binjai, Malang, dan Sumatera Selatan. Lebih mencengangkan pula membaca data perokok Indonesia dibawah umur 10 tahun itu berjumlah 239.000 orang sedangkan perokok diantara umur 10-14 tahun itu berjumlah 1,2 juta orang.

 

My Opinion :

if this is a cultural ugliness, more losses to come even more losses to come by people who do not smoke. Hannya parents who smoke give a bad example for his children. many children in Indonesia are still very small and do not understand anything, but they are already a smoker, it's a very ironic situation.
successor to the nation that should be better, in fact it is only getting worse. government should be able to control the situation. if this continued, the more young people to come to worse.
and parents are very instrumental in the supervision of their children, let me know what is good and not good. children do not plunge yourself into a bad situation. expensive health care.

 

 

sumber : http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/05/31/dilema-negeri-surga-para-perokok/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar