Dilema Negeri Surga Para Perokok
Lagi-lagi Indonesia jadi sorotan dunia. Kali ini terkait peringkat
Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok tertinggi di kawasan
ASEAN, yakni sebanyak 1.085 batang/kapita/tahun. Angka ini menggungguli
Vietnam yang tercatat mengkonsumsi 1.001 batang/kapita/tahun. Bahkan
hampir 1/3 lebih banyak dari Filipina dengan jumlah perokok hanya 838
batang/kapita/tahun. Tembakau, meski tidak selalu
diolah sebagai rokok, nyatanya memang identik dengan produksi rokok.
Padahal harga rokok di Indonesia paling mahal jika dibandingkan dengan
negara lain. Sementara, pendapatan perkapita Indonesia hanya 4293 dolar
AS.
Mantan Menteri Kesehatan periode 1994-2004, Dr. Achmad Sujudi SpB MHA
menegaskan kebijakan pengendalian tembakau di Indonesia tertinggal dari
negara lain. Walaupun aktif dalam penyusunan Framework of Convention on
Tobacco Control (FCTC), namun Indonesia satu-satunya anggota ASEAN yang
tidak menandatangani FCTC. Sementara di negara lain yang lebih dari 30
persen penduduknya kecanduan rokok, seperti Rusia, Jepang, China dan
India lebih memperketat peraturan perdagangan rokok di dalam negerinya.
Antara lain dengan melarang orang merokok di tempat umum, melarang
pedagang rokok menjual rokok kepada anak di bawah 18 tahun dan melarang
iklan rokok. Bahkan Amerika juga melarang rokok dicampuri bahan-bahan
kimia lain termasuk cengkeh.
Sudah regulasinya lemah, kebiasaan masyarakat untuk merokok makin
menggila pula. Hal itu dibuktikan dengan prevalensi merokok pada usia
remaja yang kian mengkhawatirkan. Sujudi mengatakan, dari jumlah
keseluruhan perokok di Indonesia, mereka mulai merokok pada rentang usia
13-15 tahun sebesar 23,9 persen. Bahkan prevalensi perokok wanita yang
konon sangat tabu merokok, makin menunjukkan nilai yang signifikan,
yakni 1,9 persen. Belum lagi ditambah fenomena gunung es tentang balita
perokok yang baru-baru ini bermunculan dimana-mana. Tengoklah IH (8
tahun) asal Sukabumi (Jawa Barat), MDA (4,5 tahun) asal Garut (Jawa
Barat) dan 3 balita lain yang tercatat Komnas Perlindungan Anak yaitu
dari Binjai, Malang, dan Sumatera Selatan. Lebih mencengangkan pula
membaca data perokok Indonesia dibawah umur 10 tahun itu berjumlah
239.000 orang sedangkan perokok diantara umur 10-14 tahun itu berjumlah
1,2 juta orang.
My Opinion :
if this is a cultural ugliness, more losses to come even more losses to come by people who do not smoke. Hannya parents who smoke give a bad example for his children. many children in Indonesia are still very small and do not understand anything, but they are already a smoker, it's a very ironic situation.
successor to the nation that should be better, in fact it is only getting worse. government should be able to control the situation. if this continued, the more young people to come to worse.
and parents are very instrumental in the supervision of their children, let me know what is good and not good. children do not plunge yourself into a bad situation. expensive health care.
sumber : http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/05/31/dilema-negeri-surga-para-perokok/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar